Thursday, December 25, 2008

Antara Rasa Bahagia dan Berat badan

Kurang lebih dua tahun yang lalu, waktu lagi makan dengan teman pria saya, Kiki, pernah bilang gini "kiki gak mau pacar kiki kurus Iv, ntar dibilang orang gak bahagia pacaran sama kiki" (dalam bahasa palembang yg sudah saya translate) Hahaha waktu itu saya tanggapi dengan ketawa, karena pacar saya waktu itu juga Kurus. Tapi saya terus mengingat kata-katanya.

Sampai Hari Minggu kemarin saya membaca sebuah tulisan yang Judulnya "Pria Bikin Berat badan perempuan tak stabil" isinya kurang lebih tentang hasil penelitian online sebuah situs perempuan terhadap 3000 perempuan yang 70% Hasilnya mengungkapkan bahwa naik turunnya bobot tubuh perempuan adalah karena kebahagiaannya dalam berhubungan dengan lelaki yang ia cintai. Rasa bahagia dan stress mempengaruhi naik-turunnya bobot tubuh perempuan.

Kalo lagi bahagia, perempuan cenderung jadi bernafsu buat makan, dan ketika hubungannya bermasalah, kaum saya ini, kaum Perempuan yang emosional cenderung kehilangan nafsu makan. Dan menurut tulisan itu lagi, lebih dari setengah perempuan yang disurvei mengakui bahwa gaya hidup perempuan sangat dipengaruhi laki-laki yang menjadi pendampingnya.

Setelah membaca tulisan itu saya nyengir dan menyimpulkan bahwa:
1. Ternyata Kiki benar! Obrolan nggak penting yang terngiang ditelinga saya itu dibuktikan dengan hasil survey di 2008 ini! Well, mungkin dia memang mensurvey lebih dulu terhadap perempuan2 yang dipacarinya pada masa itu.
2. Berkaca pada diri sendiri sebagai objek perbandingannya, Berat badan saya yang tahun ini naik 5Kg mungkin ada benernya pengaruh hubungan saya dengan si Monster! Kenaikan 2kg diawal kedekatan saya dengannya lalu sampai pernah memecah rekor seumur hidup saya sampai pernah menembus angka 51 kemudian balik lagi ke49 goyang2 (maksud saya kadang 49, kadang 50).
3. Saya, kita, para kaum perempuan memang emosional dan sensitive sekali. Terlalu menggunakan hati dan parahnya keadaan hati ini mempengaruhi hal2 kecil dalam hidup! Bahkan soal makan! Dan bila saya bandingkan pada diri saya, tingkat stress saya ketika bermasalah dengan hati bahkan mempengaruhi kreatifitas dan produktifitas (plus semangat) dalam kegiatan saya. Yay!!

Saya sih nggak ikutan disurvei pada penelitian itu yaa…
Tapi kalaupun saya menjadi perempuan ke3001 tampaknya saya hanya akan menaikkan hasil persentase 70% itu menjadi tujuh puluh koma nol nol sekian persen hahahahha…

Dan sekali lagi, penurunan atau kenaikan berat saya tidak bergantung karena “oh, kalau lagi bahagia jadi sering makan karena kemana2 makan dibayarin pacar atau kalau lagi berantem wajar turun karena nggak ada pacar yang traktir makan” sama sekali nggak masuk hitungan karena fakta2 bahwa:
1. Saya bukan wanita yang doyan bergantung hidup dan keperluan mendasar pada Pacar.
2. Pacar saya jauh, ketemu jarang, jadi bener2 nggak mempengaruhi ngasih saya makan atau tidak.
3. Pria yang paling saya cintai adalah Papa saya, yang menyebabkan sampai detik ini masih ada makanan2 lezat yang bisa saya makan..


Cheers...


-Ivana safwan-

0 komentar:

Post a Comment